Berita Internasional    Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   

Home » , » Mengenal 3 Fase di Gunung Banyak Malang

Mengenal 3 Fase di Gunung Banyak Malang

Posted by Suara Jagad on Sunday, May 17, 2015

Paralayang saat fase siang. Pengunjung sedang terjun payung. (Dok. Falahi Mubarok)
 
Pesona luar biasa tersaji dalam tiga fase yaitu: pagi, malam, dan siang yang siap memanjakan mata-jiwa. Tak pelak, virus rindu akan terus menempel di alam bawah sadar untuk merasakan kembali, pengalaman yang luar biasa. Oleh karena itu, jika Anda tidak ingin terjangkit virusnya jangan coba-coba untuk kesini/melihat foto-fotonya. Namun, jika Anda penyuka tantangan, fotografer, pencari inspirasi, atau sekadar menjernihkan pikiran di sinilah tempatnya.
Saya dan Barok, telah terjangkit virus ini. Selalu rindu dengan sensasi yang dihasilkan ditiap fase. Apalagi teman saya Barok yang seorang fotografer, sudah beberapa kali ke tempat ini. Serta telah mencicipi pesona luar biasa yang tak pernah musnah. Tiga fase pun sudah di dapatkannya dengan hasil foto yang cantik dan membuat semua mata jatuh hati pada lokasinya. Inilah tempatnya, Gunung Banyak yang terkenal dengan wahana paralayang. Salah satu destinasi pilihan, yang terletak di Desa Songgokerto Kota Batu Jawa Timur di ketinggian 1.325 meter dari permukaan laut.
Paralayang saat fase malam (Dok. Falahi Mubarok)
Paralayang/Gunung Banyak saat fase malam (Dok.Falahi Mubarok)

Januari lalu, kami kesana saat sore hari dengan membawa kamera DSLR serta buku sebagai perekam kenangan. Bagi saya, berada di tempat terbuka yang dikelilingi dengan udara segar dan alam yang indah.
Merupakan energi positif untuk mendapatkan inspirasi hingga berkarya dengan tulisan. Lain halnya dengan Barok sebagai seorang fotografer. Baginya mengabadikan tiap momen memukau di alam terbuka, merupakan kesempatan langka yang harus dimaksimalkan ditiap jepretan. Sebab kejadian itu tidak akan pernah kembali lagi, dengan kondisi dan situasi yang sama.
Paralayang saat fase pagi, indah bukan? (Dok. Falahi Mubarok)
Paralayang saat fase pagi, indah bukan? (Dok.Falahi Mubarok)
Dia memotret keasyikan pengunjung sedang menikmati pemandangan Kota Batu, terjun payung, makan bersama, hingga turis mancanegara pun tak lepas dari bidikannya. Sungguh karya yang luar biasa, dia bukan hanya memotret alam, namun juga menghadirkan jiwanya di setiap jepretan.
Sedangkan saya duduk di tanah, menghirup udara segar dalam-dalam, menghadirkan jiwa, dan sesekali memandang jauh di tiap sisi.
Sisi selatan, saya bisa melihat Gunung Panderman, sisi utara Gunung Arjuna, dan lurus kegagahan Gunung Semeru, serta pertanian yang menghijau. Tenang, damai, sejuk, dan menentramkan merasuk ke dalam tubuh. Segala masalah sejenak tersamarkan hingga menemukan jalan keluar.
Di samping kanan-kiri, saya melihat para pengunjung: ada yang menikmati dengan sang pacar, keluarga, dan teman. Ada juga yang sedang menanti giliran untuk terjun payung, menikmati kopi, dan sajian lainnya pengisi energi. Mereka pun tidak pernah lupa untuk mengabadikan tiap momen dengan berfoto baik sendiri maupun ramai-ramai. Wajah bahagia dan puas terpancar ditiap wajah para pengunjung.
Turis mancanegara menikmati wisata paralayang dan keindahan G. Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Turis mancanegara menikmati wisata paralayang dan keindahan Gunung Banyak (Dok.FalahiMubarok)
Bagi saya berada di lokasi seperti ini, bukan hanya masalah jalan-jalan, senang-senang, dan foto-foto.
Lebih penting dari itu, bagaimana kita bisa mengambil hikmah, bersyukur, dan introspeksi diri. Bahwa Tuhan memberikan alam dengan segala isinya pada manusia sebagai khalifah, digunakan sebagai pendamping, pengingat, dan azab. Ketika alam itu dijaga dan dilestarikan, maka kebaikan akan didapatkan manusia. Sebaliknya, ketika alam hanya dieksplorasi membabi buta, maka azablah yang datang. Seperti banjir, tanah longsor, dan perubahan iklim. Saya sangat bersyukur, karena masih bisa merasakan, melihat, dan mengenang alam yang indah. Semoga alam seperti ini, bisa dilihat kembali oleh anak cucu kita nanti.
Salah satu spot menarik para pengunjung Gunung Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Salah satu spot menarik para pengunjung Gunung Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Anda ke Gunung Banyak, cukup membayar Rp 5.000,- untuk tiket masuk dan Rp 5.000,- lagi untuk parkir. Di sisi barat Anda bisa merasakan aura berbeda di omah (rumah) kayu dengan membayar Rp. 5.000,-. Saya sarankan, Anda ke Gunung Banyak di tiga fase berbeda, yaitu pagi sebelum subuh, siang, dan malam. Anda akan merasakan kenangan yang luar biasa dan sempurna. Sebab di masing-masing fase memiliki karakteristik lukisan Tuhan yang berbeda-beda. Maka, maksimalkan liburan Anda ke Gunung Banyak dengan tiga fase ini. Jangan lupa untuk selalu membawa baju hangat, kamera, peralatan tulis/lukis! Selamat berpetualang!

SHARE :
CB Blogger

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Suara Jagad. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger