Berita Internasional    Politik    Sosial    Budaya    Ekonomi    Wisata    Hiburan    Sepakbola    Kuliner    Film   
Powered by Blogger.

Popular Posts


Showing posts with label wisata. Show all posts
Showing posts with label wisata. Show all posts

Jelang Ramadhan, Warga Serbu Obyek Wisata


Ilustrasi. Obyek Wisata Dise Laporan: Rusman Abdul Rahman / TVOne Polewali Mandar, Sulawesi Baratrbu Warga
Menjelang bulan Ramadhan, sejumlah obyek wisata ramai dipadati pengunjung. Salah satunya, objek wisata Water Boom di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Obyek wisata yang terletak di Perbukitan Takodo, Kecamatan Binuang ini, sejak Minggu pagi, 14 Juni 2015 sudah dipadati ribuan pengunjung. Kebanyakan dari mereka adalah rombongan keluarga yang ingin berwisata sebelum berpuasa.
Pengunjung yang datang kali ini melonjak tajam. Jika di hari libur sebelumnya, obyek wisata ini hanya dikunjungi oleh ratusan orang. Namun, saat ini pengunjung yang datang mencapai 1.500 orang.

Selain mudah dijangkau, wisata air ini juga menjadi tempat rekreasi favorit anak-anak. Pengelola pun menambah fasilitas dengan membangun flying fox dan seluncur di kolam renang yang dangkal.
Pengelola Polman Water Kiki mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah paket promo sepekan menjelang Ramadhan. Seperti, potongan harga untuk komunitas dan rombongan pelajar. Hal ini dilakukan untuk menarik jumlah pengunjung terutama yang berasal dari luar kota Polewali.

viva.co.id

Aneka Pilihan Wisata di Solo

 
SOLO - Solo dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Karena, kini Solo telah jadi daerah tujuan wisata yang biasa didatangi wisatawan dari kota-kota besar.
 
Berkunjung ke Solo, tentu kita harus berkunjung ke dua keraton Jawa, yaitu Kasunanan Surakarta dan Pangeran Mangkunegaraan. Keraton Kasunanan Surakarta memiliki luas sekira 500 x 700 meter dikelilingi oleh benteng yang disebut Baluarti. Dinding tersebut mengelilingi keraton setinggi tiga sampai lima meter, tebalnya sekitar satu meter, dengan bentuk persegi panjang.
 
Keraton Kasunanan atau disebut Keraton Surakarta Hadiningrat ini dibangun tahun 1745 oleh Raja Paku Buwono ke II. Uniknya, sebagian besar keraton ini bernuansa warna putih dan biru dengan arsitektur gaya campuran Jawa-Eropa.
 
Bangunannya yang unik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Karenanya, kawasan ini dilengkapi berbagai fasilitas bagi wisatawan, seperti pemandu wisata, peminjaman pakaian khas Jawa, brosur wisata, serta toilet.
 
Puas menelurusi keraton, kita bisa berkeliling di kota ini. Berkelilinglah di kota tua ini dengan naik kereta kuda atau becak sambil melihat bangunan kuno dan labirin di sepanjang dinding istana bercat putih.
 
Selain menyuguhkan pemandangan kota dan keraton Kasunanan, Solo juga menawarkan wisata-wisata alam di sekitarnya, yaitu Tawangmangu di timur dan kawasan wisata Selo di barat. Selain itu, di Solo juga terdapat sebuah museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi. Demikian dikutip Indonesia.travel, Minggu (7/6/2015).
 
okezone.com

Empat habitat Rafflesia Bengkulu berpotensi objek ekowisata


... empat lokasi habitat Rafflesia yang terdapat di wilayah hutan empat kabupaten sudah kami petakan dan bisa jadi tujuan wisata...
Bengkulu (ANTARA News) - Empat lokasi habitat bunga langka Rafflesia (Rafflesia sp) di empat kabupaten di Provinsi Bengkulu berpotensi menjadi objek ekowisata, kata Koordinator Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL) Bengkulu, Sofian Ramadhan.

"Ada empat lokasi habitat Rafflesia yang terdapat di wilayah hutan empat kabupaten sudah kami petakan dan bisa jadi tujuan wisata," katanya, di Bengkulu, Minggu.

Empat lokasi itu, di Hutan Lindung Bukit Daun di Kabupaten Kepahiang, HL Boven Lais di Kabupaten Bengkulu Utara, Cagar Alam Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah, dan kawasan hutan di Padang Guci Kabupaten Kaur.

Sofian mengatakan di empat lokasi habitat tersebut sudah ada kelompok masyarakat yang secara sukarela mengawasi dan melestarikan bunga langka endemik Pulau Sumatera itu.

Hasil ekspedisi KPPL bersama kelompok masyarakat itu, ada dua jenis Rafflesia yang tumbuh di habitat tersebut yakni jenis Rafflesia arnoldii di Kabupaten Bengkulu Utara, Kepahiang, dan Bengkulu Tengah serta jenis Rafflesia bengkuluensis di Kabupaten Kaur.

"Sebenarnya ada empat jenis bunga Rafflesia yang hidup di hutan-hutan Bengkulu yakni jenis Rafflesia arnoldii, Rafflesia gadutensis, Rafflesia bengkuluensis, dan Rafflesia hasselti," ucapnya.

Sofian mengatakan dari empat lokasi itu, dua lokasi yang paling sering dikunjungi wisatawan yakni HL Bukit Daun dan Cagar Alam Taba Penanjung karena lokasinya berada di dalam hutan dekat jalan lintas yang menghubungkan Kota Bengkulu dengan empat kabupaten yakni Bengkulu Tengah, Kepahiang, Lebong dan Rejanglebong.

Ia menambahkan bahwa empat lokasi ini dapat dikelola lebih profesional dengan melibatkan masyarakat sehingga menjadi objek wisata andalan. Salah satu "jurus" untuk itu adalah membangun rumah-rumah singgah.

antaranews.com

Indonesia Masuk Destinasi Favorit Turis Tiongkok


Suara Jagad - Pemerintah menargetkan 12 juta turis asing ke Indonesia pada tahun 2015. Target tersebut disambut baik sejumlah asosiasi pariwisata Indonesia. Sebab, faktanya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia naik sekitar 3,51 persen.
Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Kosmian Pudjiadi membenarkan bahwa kuartal pertama tahun 2015 ini angka wisatawan mancanegara meningkat. Wisatawan asal Tiongkok juga turut mengalami peningkatan.
"Saya kira sama dengan model wisatawan kita jika ke luar negeri, masih hati-hati membelanjakan uangnya. Istilahnya, minibar di hotel saja tidak dibeli. Lalu masa tinggalnya juga tidak lama, total 5-6 hari saja. Dua hari bisa di Ubud, dua hari di Kuta, dua hari ke mana lagi? Mereka diatur oleh tour operator-nya,” kata Kosmian Pudjiadi dalam rilis yang diterima VIVA.co.id, Minggu, 17 Mei 2015.

Menurut Kosmian, keindahan dan eksotisme Indonesia bisa menjadi bahan perbincangan di Tiongkok. Paling tidak Indonesia sudah mulai masuk dalam daftar dan perbincangan kelompok menengah Tiongkok yang jumlahnya makin besar.

Sementara itu Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didin Junaedi optimistis, sektor pariwisata benar-benar akan menjadi andalan pengungkit ekonomi yang handal. Sejak akhir 2014, ada perubahan besar dalam pola promosi pariwisata, dan dampaknya sudah terasa saat ini.

“Dulu longhoul terus, sekarang fokus menggenjot pasar Asia. Saat ini mulai terasa gelombangnya,” kata Didin.

Turis originasi Asia, terutama China mulai naik, dan trennya terus meningkat. Kemudian, penambahan negara bebas visa menjadi total 45 dinilainya sebagai langkah yang baik.
“Itu tanda-tanda daya saing pariwisata Indonesia akan semakin meroket. Mudah akses regulasinya memudahkan orang untuk dengan perencanaan pendek terbang ke Indonesia,” ujarnya.

viva.co.id

Mengenal 3 Fase di Gunung Banyak Malang

Paralayang saat fase siang. Pengunjung sedang terjun payung. (Dok. Falahi Mubarok)
 
Pesona luar biasa tersaji dalam tiga fase yaitu: pagi, malam, dan siang yang siap memanjakan mata-jiwa. Tak pelak, virus rindu akan terus menempel di alam bawah sadar untuk merasakan kembali, pengalaman yang luar biasa. Oleh karena itu, jika Anda tidak ingin terjangkit virusnya jangan coba-coba untuk kesini/melihat foto-fotonya. Namun, jika Anda penyuka tantangan, fotografer, pencari inspirasi, atau sekadar menjernihkan pikiran di sinilah tempatnya.
Saya dan Barok, telah terjangkit virus ini. Selalu rindu dengan sensasi yang dihasilkan ditiap fase. Apalagi teman saya Barok yang seorang fotografer, sudah beberapa kali ke tempat ini. Serta telah mencicipi pesona luar biasa yang tak pernah musnah. Tiga fase pun sudah di dapatkannya dengan hasil foto yang cantik dan membuat semua mata jatuh hati pada lokasinya. Inilah tempatnya, Gunung Banyak yang terkenal dengan wahana paralayang. Salah satu destinasi pilihan, yang terletak di Desa Songgokerto Kota Batu Jawa Timur di ketinggian 1.325 meter dari permukaan laut.
Paralayang saat fase malam (Dok. Falahi Mubarok)
Paralayang/Gunung Banyak saat fase malam (Dok.Falahi Mubarok)

Januari lalu, kami kesana saat sore hari dengan membawa kamera DSLR serta buku sebagai perekam kenangan. Bagi saya, berada di tempat terbuka yang dikelilingi dengan udara segar dan alam yang indah.
Merupakan energi positif untuk mendapatkan inspirasi hingga berkarya dengan tulisan. Lain halnya dengan Barok sebagai seorang fotografer. Baginya mengabadikan tiap momen memukau di alam terbuka, merupakan kesempatan langka yang harus dimaksimalkan ditiap jepretan. Sebab kejadian itu tidak akan pernah kembali lagi, dengan kondisi dan situasi yang sama.
Paralayang saat fase pagi, indah bukan? (Dok. Falahi Mubarok)
Paralayang saat fase pagi, indah bukan? (Dok.Falahi Mubarok)
Dia memotret keasyikan pengunjung sedang menikmati pemandangan Kota Batu, terjun payung, makan bersama, hingga turis mancanegara pun tak lepas dari bidikannya. Sungguh karya yang luar biasa, dia bukan hanya memotret alam, namun juga menghadirkan jiwanya di setiap jepretan.
Sedangkan saya duduk di tanah, menghirup udara segar dalam-dalam, menghadirkan jiwa, dan sesekali memandang jauh di tiap sisi.
Sisi selatan, saya bisa melihat Gunung Panderman, sisi utara Gunung Arjuna, dan lurus kegagahan Gunung Semeru, serta pertanian yang menghijau. Tenang, damai, sejuk, dan menentramkan merasuk ke dalam tubuh. Segala masalah sejenak tersamarkan hingga menemukan jalan keluar.
Di samping kanan-kiri, saya melihat para pengunjung: ada yang menikmati dengan sang pacar, keluarga, dan teman. Ada juga yang sedang menanti giliran untuk terjun payung, menikmati kopi, dan sajian lainnya pengisi energi. Mereka pun tidak pernah lupa untuk mengabadikan tiap momen dengan berfoto baik sendiri maupun ramai-ramai. Wajah bahagia dan puas terpancar ditiap wajah para pengunjung.
Turis mancanegara menikmati wisata paralayang dan keindahan G. Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Turis mancanegara menikmati wisata paralayang dan keindahan Gunung Banyak (Dok.FalahiMubarok)
Bagi saya berada di lokasi seperti ini, bukan hanya masalah jalan-jalan, senang-senang, dan foto-foto.
Lebih penting dari itu, bagaimana kita bisa mengambil hikmah, bersyukur, dan introspeksi diri. Bahwa Tuhan memberikan alam dengan segala isinya pada manusia sebagai khalifah, digunakan sebagai pendamping, pengingat, dan azab. Ketika alam itu dijaga dan dilestarikan, maka kebaikan akan didapatkan manusia. Sebaliknya, ketika alam hanya dieksplorasi membabi buta, maka azablah yang datang. Seperti banjir, tanah longsor, dan perubahan iklim. Saya sangat bersyukur, karena masih bisa merasakan, melihat, dan mengenang alam yang indah. Semoga alam seperti ini, bisa dilihat kembali oleh anak cucu kita nanti.
Salah satu spot menarik para pengunjung Gunung Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Salah satu spot menarik para pengunjung Gunung Banyak (Dok. Falahi Mubarok)
Anda ke Gunung Banyak, cukup membayar Rp 5.000,- untuk tiket masuk dan Rp 5.000,- lagi untuk parkir. Di sisi barat Anda bisa merasakan aura berbeda di omah (rumah) kayu dengan membayar Rp. 5.000,-. Saya sarankan, Anda ke Gunung Banyak di tiga fase berbeda, yaitu pagi sebelum subuh, siang, dan malam. Anda akan merasakan kenangan yang luar biasa dan sempurna. Sebab di masing-masing fase memiliki karakteristik lukisan Tuhan yang berbeda-beda. Maka, maksimalkan liburan Anda ke Gunung Banyak dengan tiga fase ini. Jangan lupa untuk selalu membawa baju hangat, kamera, peralatan tulis/lukis! Selamat berpetualang!

Membongkar Rahasia Keindahan di Balik Lembah Harau


Saat berkunjung ke Sumatera Barat, cobalah mampir ke Lembah Harau. Ini, merupakan tempat subur terletak di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Berada 138 kilometer dari Padang  dan 47 kilometer dari Bukit Tinggi. 

Lembah ini tak hanya memiliki pemandangan indah tapi juga dikelilingi batu granit terjal berwarna-warni dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.

Jika Anda melakukan perjalanan ke arah Pekanbaru dan Riau maka Anda harus berhenti di Lembah Harau dengan tebing batu granit curam setinggi 80 -300 meter. Pagar tebing cadas yang curam dan lurus berwarna kemerah-merahan tegak mengelilingi lembah begitu menawan untuk dipandang.

Dikutip Indonesia Travel, Harau diyakini berasal dari kata parau, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan.

Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan orau dan kemudian berubah nama menjadi arau hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi harau.

Lembah Harau memiliki iklim tropis dan tanah yang subur, juga keindahan pemandangan alam yang menawan. Lembah Harau dijuluki Lembah Yosemite di Indonesia karena memiliki keindahan seperti Taman Nasional Yosemite yang terletak di Sierra Nevada California dan telah terkenal ke seluruh dunia.

Yang lebih istimewanya, di Lembah Harau terdapat air terjun bernama Bunta Waterfall atau secara lokal disebut Sarasah Bunta. Air terjun ini mengalirkan air segar dari dataran tinggi dengan tiga air terjun lainnya di lembah ini.

Sarasah Bunta ini mempunyai air terjun yang berunta-unta indah apabila terpancar sinar matahari seperti bidadari yang sedang mandi sehingga dinamakan Sarasah Bunta.

Air terjun Sarasah Bunta pertama kali dibuka tanggal 14 Agustus 1926 oleh Asisten Residen Lima Puluh Kota F. Rinner bersama Tuanku Laras Datuk Kuning Nan Hitam dan Asisten Demang Datuk Kodoh Nan Hitam. Prasasti penanda ini mengisyaratkan keindahan air terjun Sarasah  Bunta.

Saat di sini banyak keindahan yang bisa Anda nikmati.Mulai dari keindahan air terjun dan kolam renang ditambah nuansa alam yang asri. Selain itu juga berpotensi untuk pengembangan olahraga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan mampu memantulkan suara.

Dinding curam bukan hanya menjadi daya tarik bagi fotografer tetapi pemanjat tebing pun tertarik memanjat dinding di lembah ini dimana terdapat 300 lokasi panjat tebing. Di sisi lain, pagar tebing cadas yang curam telah menciptakan relief cantik sekaligus menantang terutama untuk Anda yang menyukai olahraga panjat tebing.

Sumber : viva.co.id

Ini Jenis Pelancong Masa Depan, Anda Termasuk yang Mana?




TEMPO.CO, Jakarta - Laporan Future Traveller Tribes 2030 dari penyedia solusi teknologi industri perjalanan global, Amadeus, memperkirakan setiap tahun lebih dari 1,8 miliar orang akan bepergian ke luar negeri pada 2030.

Laporan yang dibuat berdasarkan wawancara, lokakarya, dan penelitian tren konsumen di Indonesia, Australia, Cina, India, Jepang, dan Korea Selatan itu menyebutkan bahwa pelancong masa depan terdiri atas enam kelompok berikut.

1. Social Capital Seekers (Pencari Modal Sosial)
Mereka adalah pelancong yang merencanakan liburan berdasar rekomendasi pengguna Internet dan teman-teman. Pilihan mereka terbentuk dari keinginan untuk mendapatkan penghargaan sosial maksimal dari perjalanan mereka.

2. Cultural Purist (Puris Budaya)
Bagi kelompok pelancong ini, liburan adalah kesempatan untuk melebur dengan budaya lain meski terasa tidak nyaman. Semakin asli pengalaman mereka dalam budaya baru, liburan akan terasa semakin nikmat.

3. Ethical Travellers (Musafir Etis)
Mereka membuat rencana perjalanan berdasar pertimbangan moral, misalnya mengurangi emisi karbon atau memperbaiki kehidupan orang lain. Berbagai improvisasi yang berbau sosial akan mewarnai liburan, seperti pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

4. Simplicity Searchers (Pencari Kesederhanaan)
Tidak mau ambil pusing dengan rincian rencana perjalanan, tipe pelancong ini lebih menyukai tawaran liburan dengan paket lengkap. Bagi mereka, liburan adalah saat istimewa untuk memanjakan diri dengan jaminan keselamatan dan kesenangan.

5. Obligation Meeters (Pemenuh Kewajiban)
Kelompok ini melancong untuk tujuan tertentu, misalnya keperluan bisnis. Perilaku mereka terbentuk oleh kebutuhan untuk berada di tempat tertentu pada waktu tertentu. Keterbatasan waktu dan anggaran membuat teknologi cerdas menjadi andalan mereka untuk mengatasi kerumitan perjalanan.

6. Reward Hunters (Pemburu Hadiah)
Mereka menggunakan perjalanan untuk memenuhi kebutuhan mental, fisik, bahkan spiritual. Mereka ingin memanjakan diri selama liburan. Banyak yang ingin merasakan pengalaman istimewa dan penghargaan luar biasa dari investasi waktu dan energi selama bekerja.

AMADEUS | EMRI
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2015/04/29/203661870/Ini-Jenis-Pelancong-Masa-Depan-Anda-Termasuk-yang-Mana

Kedai Kopi Ini Tawarkan Sensasi Lokalitas



TEMPO.CO, Jakarta - Lokalitas diterjemahkan Goni Coffee dengan setia kepada biji-biji kopi dari pelbagai penjuru Nusantara. Blend utama mereka adalah kopi Kintamani, Bali, yang dipasok dari San9a, kedai kopi di Bekasi.

“Kopi Kintamani rasanya paling konsisten,” kata Romi. “Mungkin karena petani kopi di sana sangat percaya karma, jadi kualitas biji kopi yang mereka jual sama baiknya dengan biji contoh.”

Untuk alternatifnya, Goni Coffee menawarkan biji kopi dari daerah yang berbeda. Minggu ini bisa jadi biji kopi Sulawesi, tapi pekan depan mungkin saja kopi Mandailing yang akan diracik Romi dengan mesin klasik La Marzocco tipe Linea.

Siang itu yang kami cicipi adalah Long Black--seharga Rp 27 ribu--dengan racikan arabika Kintamani. Kopi hitam polos ini punya tekstur pekat dengan rasa yang “galak”. Aroma wanginya begitu liar menyusup ke penjuru ruangan, begitu kelar diseduh oleh Romi. Long Black seketika bikin tubuh dan mata terjaga karena pahitnya bandel, sampai-sampai membuat rasa asam buah-buahan khas kopi Kintamani buru-buru pergi.

Jika tak doyan kopi hitam, banyak varian yang bisa dipilih, salah satunya Mocha (Rp 32 ribu). Minuman panas ini berbahan kopi Kintamani dengan cokelat bubuk produksi sebuah perusahaan di Jawa Timur. Di tangan Romi, campuran keduanya menjelma jadi minuman yang ringan dan menyenangkan. Tak cuma karena manisnya yang tidak lebay, tapi juga karena, di secangkir Mocha, arabika Kintamani jadi tak terlalu garang.

Dari deretan makanannya, Goni Coffee kini lebih variatif. Itu karena sejak pekan lalu mereka menambahkan spaghetti (Rp 45 ribu) dan burger (Rp 50 ribu) ke daftar menu makanan. Sebelumnya, di sana hanya ada pastry dan waffle yang kurang nampol untuk makan siang. Uniknya, burger dihidangkan Desi satu piring dengan keripik singkong manis yang renyah.

Ya, di balik tampilannya yang sederhana, Goni Coffee punya banyak hal yang bisa membuat kita tersenyum bahagia.

ISMA SAVITRI | HP

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2015/04/25/201660857/Kedai-Kopi-Ini-Tawarkan-Sensasi-Lokalitas

 
Copyright © 2014 Suara Jagad. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Template by Creating Website and CB Blogger