Jakarta (Suara Jagad) - Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam
Nahrawi, mengaku kaget dengan keputusan PSSI yang pemberhentian
kompetisi ISL, dengan dalih Force Majeure. Dia menyebut PSSI salah kaprah mengartikan arti dari status tersebut.
Akhir pekan kemarin PSSI memutuskan untuk memberhentikan Liga Indonesia yang baru berjalan sekitar 2-3 pertandingan dengan alasan Force Majeure. Alasan ini dinilai sejumlah klub tidak masuk akan mengingat tidak ada kondisi darurat bencana alam yang terjadi dan menghalangi jalannya roda kompetisi.
Hal ini dinilai sebagai bentuk perlawanan PSSI terhadap keputusan Menpora yang membekukan segala aktivitas mereka menyusul tidak diindahkannya surat rekomendasi BOPI soal status Arema Indonesia serta Persebaya Surabaya. PSSI sendiri bakal membatalkan keputusan itu jikalau Menpora mencabut surat pembekuannya.
"Kaget karena dalam rapat 18 klub, kami sudah minta operator tetap menjalankan liga. Keesokkan harinya kami mengirimkan surat pada 9 Mei bahwa kompetisi harus berlangsung. Tetapi saya kaget, Exco menghentikan kompetisi sampai ke bawah,'' ujar Imam di kantornya, Senayan, Jakarta, Senin (4/5).
"Tentu ini hal yang tidak diinginkan. Saya minta PT Liga menyegerakan, tidak boleh ditunda. Kami tidak pernah berpikir mengganti PT Liga. Kami harapkan tanggal 9 Mei, tetap 18 klub."
"Arema dan Persebaya kami sudah lakukan supervisi ke mereka agar konflik segera disudahi. Untuk Arema, sudah ada hitam di atas putih."
Ketika ditanya terkait alasan PSSI memberhentikan kompetisi ISL dengan alasan force majeure, Imam mengaku bingung.
"Emangnya di sini Nepal? Ada gempa, bencana. Maka itu yang perlu diberitahukan masyarakat Force Majeure itu sesuatu yang tidak mungkin ditangani manusia,"
''Saya masih yakin, PT Liga mau menjalankan liga karena ini menyangkut kepentingan sepakbola Indonesia.''(ads/mrp)
Akhir pekan kemarin PSSI memutuskan untuk memberhentikan Liga Indonesia yang baru berjalan sekitar 2-3 pertandingan dengan alasan Force Majeure. Alasan ini dinilai sejumlah klub tidak masuk akan mengingat tidak ada kondisi darurat bencana alam yang terjadi dan menghalangi jalannya roda kompetisi.
Hal ini dinilai sebagai bentuk perlawanan PSSI terhadap keputusan Menpora yang membekukan segala aktivitas mereka menyusul tidak diindahkannya surat rekomendasi BOPI soal status Arema Indonesia serta Persebaya Surabaya. PSSI sendiri bakal membatalkan keputusan itu jikalau Menpora mencabut surat pembekuannya.
"Kaget karena dalam rapat 18 klub, kami sudah minta operator tetap menjalankan liga. Keesokkan harinya kami mengirimkan surat pada 9 Mei bahwa kompetisi harus berlangsung. Tetapi saya kaget, Exco menghentikan kompetisi sampai ke bawah,'' ujar Imam di kantornya, Senayan, Jakarta, Senin (4/5).
"Tentu ini hal yang tidak diinginkan. Saya minta PT Liga menyegerakan, tidak boleh ditunda. Kami tidak pernah berpikir mengganti PT Liga. Kami harapkan tanggal 9 Mei, tetap 18 klub."
"Arema dan Persebaya kami sudah lakukan supervisi ke mereka agar konflik segera disudahi. Untuk Arema, sudah ada hitam di atas putih."
Ketika ditanya terkait alasan PSSI memberhentikan kompetisi ISL dengan alasan force majeure, Imam mengaku bingung.
"Emangnya di sini Nepal? Ada gempa, bencana. Maka itu yang perlu diberitahukan masyarakat Force Majeure itu sesuatu yang tidak mungkin ditangani manusia,"
''Saya masih yakin, PT Liga mau menjalankan liga karena ini menyangkut kepentingan sepakbola Indonesia.''(ads/mrp)
Sumber : sport.detik.com
Post a Comment