Suara Jagad - Analis First Asia Capital, David N Sutyanto, mengatakan, kondisi pasar saham global yang kurang kondusif saat ini diperkirakan memengaruhi perdagangan saham akhir pekan ini. Indeks harga saham gabungan (IHSG) rawan koreksi lanjutan, karena dibayangi tren pelemahan rupiah atas dolar AS.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di level 5.030 dan resistance 5.110," ujar David kepada VIVA.co.id, Jumat, 5 Juni 2015.
Selain itu, menurut dia, pasar mencemaskan kenaikan tingkat inflasi
menjelang bulan puasa dan menyambut Idul Fitri bulan depan setelah data
inflasi Mei lalu secara year on year (YOY) melonjak menjadi 7,15 persen.
"Ekspektasi kenaikan inflasi juga dialami sejumlah kawasan ekonomi dunia lainnya, yield (imbal hasil) obligasi negara Indonesia tenor 10 tahun kemarin melonjak 22 basis poin. Kenaikan yield obligasi mencerminkan pemodal cenderung keluar dari pasar keuangan negara berkembang," tuturnya.
Sementara itu, pasar saham Amerika Serikat (AS) tadi malam kembali
dilanda koreksi. Di zona Euro, indeks Euro terkoreksi 0,77 persen,
merespons kekhawatiran penyelesaian utang Yunani yang bisa membuat
negara tersebut keluar dari zona Euro.
"Selain terdampak dari krisis utang Yunani, koreksi juga dipicu
antisipasi pasar atas data tenaga kerja yang keluar akhir pekan ini,"
ujarnya.
Seperti diketahui, perdagangan saham kemarin didominasi aksi jual
terutama di sesi dua, setelah pasar kembali mengkhawatirkan pergerakan
rupiah atas dolar AS yang sempat menembus level Rp13.300. IHSG yang
sempat menguat di sesi awal akhirnya kembali tutup di teritori negatif
dan melemah 34,67 poin (0,67 persen).
Dia mengatakan, anjloknya rupiah dipicu sentimen domestik dan
eksternal, terutama akibat tren penguatan dolar AS atas hampir seluruh
mata uang dunia lainnya mengantisipasi kenaikan bunga bank sentral AS,
The Fed. (art)
viva.co.id
Post a Comment